Berdasarkan Konvensi London (181)
Kepulauan Maluku termausk salah satu wilayah kekuasaan Inggris yang harus
diserahkan kepada Belanda. Setelah dilakukan penyerahan, Pemerintah Belanda
segera menunjuk Van Middelkoop sebagai Gubernur di Kepulauan Maluku. Kembalinya
Belanda ke Maluku telah mendatangkan kemarahan rakyat. hal ini disebabkan oleh
hal berikut :
1. 1. Belanda diduga akan membebani rakyat dengan berbagai
kewajiban yang meberatkan seperti dimasa kekuasaan VOC.
2. Belanda mungkin akan mempraktikkan kembali
monopoli perdagangan.
Sebagai awal ungkapan kemarahan,
rakyat serentak menyampaikan protes di bawah pimpinan Thomas Matulessy. Mereka
menyerahkan daftar keluhan rakyat kepada Belanda yang ditandatangani oleh 21
Penguasa dari daerah Saparua dan Nusa Laut. Belanda ternytaa tidak menanggapi
suara protes rakyat. oleh karena itu, rakyat Saparua dan Nusa Laut berniat
melakukan gerakan perlawanan terhadap Belanda yang kemudian didukung oleh
rakyat di Honimoa, Haruku, Ambonia, Seram, dan daerah lainnya.
Pada sebuah pertemuan yang
berlangsung 9 Mei 1817 rakyat Maluku di Saparua mengangkat Thomas Matulessy
seabgai pimpinan gerakan perlawanan rakyat dengan gelar Pattimura. Ia dinilai
memiliki kecakapan di bidang kepemimpinan dan militer. Pada saat Inggris
berkuasa di Malku, ia memasuki dinas militer dengan pangkat terakhir mayor.
Pada pertemuan berikutnya, para
pejuang Maluki bertekad untuk merebut Benteng Duurstede dan mengusir semua
penghuninya. Pada 15 Mei 1817 aksi perlawanan terhadap pemerintah Hindia
Belanda dimulai. mulanya mereka merampas perahu-perahu pos yang berada di
Pelabuhan Porto. Setelah itu, mreka mulai menyerang benteng. Banyak serdadu
Belanda yang ditangkap dan dibunuh, termasuk Residen Porto, van den Berg. Saat
itu juga benteng Duurstede jatuh ke tangna rakyat Maluku.
Gubernur van Middelkoop terkejut
mendengar kerjadian itu. Ia segera mengirim pasukan dari Ambon di bawah
pimpinan Mayor Beetjes. Pasukan ini didaratkan di Saparua pada 20 Mei 1817.
Akan tetapi, begitu mendarat, rakyat Sparua menyambutnya dengna serentetan
tembakan. Dengan termaksa pasukan Beetjes memutar haluan dan membelokkannya ke
sebuah tikungan teluk di sebelah kiri benteng. Di tempat ini, lagi-lagi Paskan
Beetjes kembali disambut serangan gencar. Pasukan Beetjes menjadi kacau balau,
sebaliknya rakyat maluku semakin bersemangat. Belanda berusaha untuk mundur,
tetapi pasukan Pattimura terus mengejarnya. Di dalam pertempuran ini, Mayor
Beetjes tewas.
Sebagai embalasan atas kekalahannya,
Belanda segera menempatkan kapal-kapal perangnya di perairan Saparua. Serangan
segera dilancarkan dengna menembakkan meriam ke arah Duurstede secara terus
menerus. Pada 2 Agustus 1817 BElanda berhasil menduduki Benteng Duurstede.
Namun, mereka gagal menangkap Pattimura. Oleh karena itu, Belanda segera
melancarkan politik adu domba.
Belanda mengumumkan kepada khalayak,
hadia sebesar 1.000 Gulden akan diberikan bagi siapa yang bisa menginformasikan
keberadaan Pattimura. Ternyata jerat Belanda mengenai sasaran. Raja Boi memberi
tahu tempat persembunyian Pattimura. Belanda kemudian megerahkan pasukan secara
besar-besaran untuk menangkap Pattimura di Bukit Boi, Pada 16 Desember 1817
Pattimura dijatuhi hukuman gantung di Benteng Nieuw Victoriadi kota Ambon.
Penangkapan Patimura telah mengakhiri perjuangan rakyat maluku.